Orang Sumatera Barat Miliki Garis Keturunan Iskandar Zulkarnain
Redaksi mengutip dari kanal youtube YtCrash Claims di mana bagi pemula cerita ini cukup mengasyikkan untuk disimak guna menambah pengetahuan kebudayaan suku-suku di tanah air. Seperti bagian yang menarik mengenai klaim bahwa orang Minang adalah keturunan Iskandar Zulkarnain bermula dari kisah Iskandar Zulkarnain didalam tambo Alam Minangkabau sendiri.
Tidak diterangkan secara jelas siapa sosok Iskandar Zulkarnain yang dimaksud jika tokoh yang dimaksud adalah Iskandar Zulkarnain yang disebutkan oleh Al-quran maka ia hidup 2000 tahun sebelum masehi. Namun jika yang dimaksud adalah Iskandar Zulkarnain yang di barat ditulis dengan Alexander The Great maka ia hidup sekitar 305 enam hingga 323 sebelum masehi.
Masa hidup kedua tokoh tersebut akan menentukan Berapa lama usia Minangkabau informasi tentang kedua tokoh tersebut sedikit banyaknya telah membuka tabir tentang sejarah Minangkabau. Dalam cerita rakyat tentang Iskandar Zulkarnain yang disebutkan bahwa raja pertama yang datang ke Minangkabau bernama Suri Maharajo Dirajo anak bungsu dari Iskandar Zulkarnain.
Suri Maharajo Dirajo datang ke Minangkabau ini didalam tambo disebut Pulau Paco atau perca nama pulau Sumatera terdahulu lengkap dengan pengiringnya yang disebut kucing siam. Harimau campur anjing Mualim dan kambiang hutan kisah ini memberi isyarat bahwa wilayah Minangkabau yang dihuni oleh suku bangsa Minangkabau sudah dihuni semenjak 2000 tahun yang lalu.
Awalnya Iskandar tertarik melihat kecantikan seorang putri penguasa di negeri Rom yang bernama Hatta dan dilamarnya kepada ayahnya sehingga kawinlah Baginda dengan Putri itu Iskandar bertahta dalam kerajaan itu.
Dihormati dan dimuliakan rakyat menurut patutnya dengan Putri itu Iskandar mendapat tiga orang Putera seorang dinamakan Sultan Maharaja Alif seorang bernama Sultan Maharaja dipang dan seorang lagi bernama Sultan Maharajo Dirajo.
Setelah Raja Iskandar wafat masing-masing Putra itu berangkat menuju daerah yang sudah ditunjukkan oleh almarhum ayahnya Maharajo Dirajo membawa mahkota yang bernama mahkota sanggahan Sultan Maharaja.
Depan membawa semacam senjata yang bernama jurupa 7 mengganti sumbing 130 dan Sultan Maharaja Alif membawa senjata keris bernama keris sempana ganja Irish dan nelayan 3 pucuk sepucuk jatuh ke bumi dan sepucuk kembali kepada asalnya.
Ada pedang yang bernama Sabilul diperintahkan juga empat Panglima untuk berjaga-jaga pengawal kerajaan diberi julukan anjing Mualim barisan perusak dijuluki kambiang hutan barisan pembuluh dijuluki harimau campa dan barisan penyelamat dijuluki kuciang siam.
Nama-nama itu disesuaikan dengan tingkah laku mereka masing-masing. Sedangkan anggota rombongan yang lain adalah penasehat Raja Cati bilang pandai menurut tambo Alam Minangkabau.
Berlayarlah menuju bahtera membawa Ketiga orang Putra itu menuju ke Timur menuju Pulau Langkapuri Negeri 9. Namun, setengah pelayaran di dekat Pulau Sailan Timbul niat jahat anak pertama dan kedua mereka memaksa untuk memiliki mahkota sanggahannya milik Maharaja Diraja.
Mahkota Emas simbol pemersatu kerajaan akibat berebut mahkota itu jatuh kedasar laut dimana mahkota itu langsung dibalut oleh ular bidai semua handai taulan telah dikerahkan untuk membawa kembali mahkota tersebut.
Namun semuanya gagal karena tewas termakan ular bidai penasihat raja yang bernama cati bilang pandai memiliki akal. Ia memerintahkan para pelayan untuk membawa jamin tarwih cermin ajaib yang dapat menangkap bayangan mahkota di dasar laut.
Kemudian ia menyuruh pandai besi terhebat untuk membuat tiruan mahkota itu. Mahkota tiruan itu lalu diberikan kepada Maharaja Diraja saat dua Kakaknya terbangun Betapa terkejutnya mereka mendapati adik bungsunya mengenakan mahkota itu.
Terjadi pertengkaran hebat yang akhirnya membuat ketiga saudara itu berpisah hai Sultan Maharaja Alif kembali ke hukum dan menjadi raja di sana.
Maharajo Dipang pergi ke Cina dan Maharajo Dirajo meneruskan perjalanan ke Tenggara Menuju Pulau Jawa. Tapi sayangnya kapalnya di terpa badai dan terombang-ambing berminggu-minggu di samudera luas para penumpang kapal sudah sangat putus asa dan persediaan makanan hampir habis.
Untungnya terlihat sebuah daratan sebesar telur itik di kejauhan Sri Maharajo Dirajo memerintahkan bawahannya untuk mendayung ke pulau itu tempat mereka berlabuh dinamakan Labuhan Si Tembaga.
Dan pulau itu diberi nama Sirangkak nan Badangkang karena bentuknya yang mirip kepiting. Sesampai di Pulau kapal mengalami kerusakan sang raja memerintahkan. Siapa yang dapat memperbaiki kapal maka akan dinikahkan dengan Putri putrinya empat orang pengawal menyanggupi tugas itu.
Mereka ialah Harimau campur anjing Mualim kambing hutan dan kucing siam di Pulau itu hai lalu dibuat pemukiman Lagundi nan Baselo. Rupanya, pulau tersebut adalah puncak sebuah gunung yaitu Gunung Marapi yang saat itu masih terendam oleh banjir bandang zaman dahulu berkat kekuasaan Tuhan Air Laut berangsur-angsur surut daerah baru yang luas pun terbuka.
Dibuatlah ekspedisi untuk membuat pemukiman baru dengan cara menerapkan atau menebang dan membakar hutan di pemukiman yang baru adat mulai ditulis. Dan raja memerintah dengan adil sehingga rakyat senang dan kebudayaan serta permainan anak negeri pun berkembang.
Desa yang rakyatnya beri yang riyang itu kemudian dinamakan Nagari Pariangan lambat laun Desa Pariangan mengalami pertambahan penduduk dan menjadi semakin sempit. Seorang guru Balong bernama Datuk Bandaro Kayo pergi mencari daerah baru untuk ditinggali ia menebas hutan dengan pedang panjang sehingga daerah baru
Itu pun dinamai Nagari Padang Panjang Kato Pusako Minang Kabau mengatakan dari mano titiak palito dibaliak terongan batali dari mano turun niniak moyang kito dari lereng gunung Marapi.
Yang dipertuan Sri maharajo dirajo menikah dengan putih indogel itu mereka dikaruniai anak laki-laki yang bernama Datuak Katumanggungan setelah Sri maharaja Dirajo meninggal.
Putri Indo jalito menikah lagi dengan penasihat Raja cati bilang pandai pernikahan ini dikaruniai enam orang anak datuak parpatiah Nan Sabatang datwa Suri dirajo Puti Reno gadis Puti Reno juda putih Ambon Suri Dan Putih jamilan
Saat Nagari Pariangan dan Padangpanjang mulai penuh dilakukanlah ekspedisi perluasan wilayah kembali. Datuak Katumanggungan memimpin rombongan yang nantinya mendirikan luhak Tanah Datar datuak parpatiah Nan Sabatang.
Dan rombongannya mendirikan luhak Agam sedangkan luka ketiga luhak 50 koto didirikan oleh datuak Siri Marajo nanba nego nego ketiga daerah ini disebut luhak nan tigo. Beratus-ratus tahun kemudian setelah Sri Maharaja diraja wafat bertebaranlah anak cucunya kemana-mana berombongan mencari tanah-tanah baru.
See Other Articles